KEADILAN ALLAH
Mazmur 72: 1-7, 11-14
Adil, Keadilan, adalah kata yang sangat sederhana namun
sangat mudah diingat dan diucapkan. Keadilan atau adil adlah kebutuhan (human
need) setiap manusia. Tiap orang butuh diperlakukan secara adil dan juga
melihat keadilan itu diterapkan bagi seluruh ciptaan. Karena setiap orang
membutuhkannya, maka keadilan itu bukanlah milik orang atau pihak tertentu di
dunia ini. Keadilan adalah milik Allah, dan berasal dari Allah. Di dalam
Perjanjian Lama disebut dengan tsedeg
JHWH dan dalam Perjanjian Baru disebut dengan dikaiosune tou Theou. Kedua
terminologi ini mempunyai arti yang sama namun makna berbeda. Di dalam
Perjanjian Lama, keadilan Allah itu lebih banyak diutarakan dengan makna legal
atau hukum. Ada hukum sebab-akibat, mata ganti mata, gigi ganti gigi. Dalam kaitan
ini, kita sering mendengarkan seruan para nabi berkenaan dengan keadilan,
karena sering digambarkan bahwa pemimpin, orang kuat dari antara umat Israel
bertindak tidak adil terhadap rakyat kecil. Mereka memeras, dan menindas orang
kecil dengan mempergunakan kekuasaan dan kekuatan yang ada di tangan mereka.
Itulah sebabnya Allah murka, dan Allah memberikan ganjaran kepada mereka dengan
membuang mereka ke negeri pembuangan Babilonia. Itulah tindakan adil Allah .Hal
ini mengungkapkan bahwa keadilan itu
adalah milik Allah, dan setiap raja atau penguasa yang menjalankan keadilan,
harus menyadari bahwa wibawa untuk menjalankan keadilan itu adalah berasal dari
Allah supaya diselenggarakan sesuai dengan kehendak Allah. Oleh sebab itu,
tugas raja di dalam menegakkan hukum agar keadilan dan rasa adil berjalan dan
dirasakan oleh setiap rakyat adalah tetap bertanya kepada Allah, dan memohon
kekuatan dari Allah di dalam menegakkan keadilan tersebut. Bertanya kepada
Allah dengan cara mempelajari kesaksian Alkitab tentang keadilan Allah.
Di dalam Perjanjian Baru, makna keadilan itu telah
menekankan aspek anugerah (grace, bnd. Garasi dalam dunia hukum). Anugerah ini
diberikan oleh Allah, karena manusia tidak mampu menegakkan keadilan yang
sesuai dengan inti hukum Torat. Itulah
sebabnya Allah memberikan pengampunan, dan di dalam pengampunan itu berjalan
keadilan Allah. Anugerah pengampunan ini nyata di dalam diri dan pekerjaan
Yesus Kristus. Allah tidak lagi menuntut hukuman atas dosa-dosa kita, karena
hukuman itu telah dikenakan kepada Yesus Kristus di kayu salib, dan kita lepas
dari tuntutan maut. Inilah anugerah, dan itulah keadilan Allah (keadilan
spiritual atau supra rasional)
Dengan jelas Yesus Kristus menggambarkan di Mat. 18: 21-27.
Ada orang yang berhutang kepada seorang kaya. Pada waktunya orang kaya tersebut
menangih utang itu, dan orang yang berhutang itu meminta tolong agar diberi
kelonggaran waktu untuk melunasinya, maka orang kaya itu dengan hati yang
tergerak melunasinya. Menurut hukum, orang yang berhutang itu harus dijual
beserta anak, isterinya dan demikian juga rumahnya untuk melunasi utangnya.
Itulah keadilan legal. Tetapi keadilan ini akan melumpuhkan dan memperbudak
orang yang berhutang itu. Maka harus ada keadilan spiritual, orang kaya
berbelas kasih untuk mengampuni utang itu.
Demikianlah kita dipangil untuk melakukan tindak
keadilan, bukan hanya keadilan legal-formal, tetapi meliputi keadilan
spiritual, karena tujuannya adalah membuat manusia itu bermartabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar